Sumatra Utara - Indonesia
Rating : 2.6 (42 pemilih)
Simalungun
adalah nama salah satu kabupaten di wilayah Provinsi Sumatra Utara.
Dulu, sebelum bernama Simalungun, daerah ini dikenal dengan nama Kampung
Nagur. Namun karena sebuah peristiwa, daerah tersebut kemudian dinamai
Simalungun. Peristiwa apakah yang menyebabkan perubahan nama itu? Simak
kisahnya dalam cerita Asal Mula Nama Simalungun berikut ini!
* * *
Dahulu,
di wilayah Kampung Nagur, Sumatra Utara, terdapat sebuah kerajaan kecil
bernama Kerajaan Tanah Djawo. Kerajaan suku Batak yang bermarga Sinaga
ini dipimpin oleh seorang raja yang adil dan bijaksana. Dalam
menjalankan tugas pemerintahan, sang Raja didampingi oleh sejumlah
hulubalang yang tangguh dan setia sehingga kerajaan ini aman dan
tenteram.
Sementara
itu, di luar wilayah Nagur, terdapat pula dua kerajaan suku Batak yang
berlainan marga, yaitu Kerajaan Silou dari marga Purba Tambak dan
Kerajaan Raya dari marga Saragih Garingging. Meskipun berlainan marga,
kedua kerajaan ini menjalin hubungan persahabatan dengan Kerajaan Nagur.
Rakyat mereka pun senantiasa hidup rukun dan makmur. Kemakmuran ketiga
kerajaan kecil itu ternyata menarik perhatian kerajaan-kerajaan lain
untuk menguasainya.
Suatu
hari, tersiar kabar bahwa Kerajaan Majapahit dari tanah Jawa akan
datang menyerang Kerajaan Tanah Djawo. Mendengar kabar tersebut, Raja
Tanah Djawo segera meminta bantuan kepada Kerajaan Silou dan Kerajaan
Raya. Kedua kerajaan itu pun menyatakan kesediaan untuk membantu
Kerajaan Tanah Djawo dalam menangkal serangan dari Kerajaan Majapahit.
Bantuan
yang diberikan oleh Kerajaan Silou dan Kerajaan Raya ternyata sanggup
menangkal bahkan mengusir pasukan Majapahit dari wilayah Nagur. Hal yang
sama terjadi ketika Kerajaan Silou mendapat serangan dari Kerajaan
Aceh. Kedua kerajaan ini, Kerajaan Tanah Djawo dan Kerajaan Raya,
membantu Kerajaan Silou hingga akhirnya selamat dari ancaman bahaya.
Suatu
ketika, ribuan tentara yang tidak diketahui asalnya datang menyerang
ketiga kerajaan tersebut secara bergantian. Pertama-tama, mereka
Kerajaan Tanah Djawo, lalu Kerajaan Silou, dan terakhir Kerajaan Raya.
Meskipun sudah saling membantu, ketiga kerajaan tersebut akhirnya takluk
juga. Serangan itu membuat masing-masing raja terpaksa menyelamatkan
diri. Hal yang sama terjadi pula para rakyat yang lari tunggang-langgang
menghindari sergapan musuh. Mereka meninggalkan wilayah itu secara
berkelompok. Selama masa pelarian, mereka harus berpindah-pindah tempat
untuk menghindari kejaran musuh.
Nasib
para pengungsi tersebut sangat menderita. Mereka dilanda kelaparan dan
terserang berbagai macam penyakit. Untuk bertahan hidup, setiap kelompok
pengungsi mencari tempat tinggal masing-masing yang dirasa aman.
Sekelompok pengungsi dari Kampung Nagur kemudian menemukan tanah Sahili
Misir yang kini dikenal pulau Samosir, yaitu sebuah pulau yang terletak
di tengah-tengah Danau Toba. Di sanalah mereka menetap dan membuka
perladangan untuk bercocok tanam.
Setelah
sekian lama menetap di pulau itu, hidup mereka pun mulai tertata.
Bahkan, mereka telah memiliki anak cucu. Suatu ketika, mereka merasa
rindu untuk kembali ke kampung halaman di Kampung Nagur. Mereka akhirnya
mengadakan musyawarah.
“Siapa di antara kalian yang ingin kembali ke Kampung Nagur?” tanya seorang sesepuh selaku pemimpin musyawarah.
Mendengar pertanyaan itu, sebagian dari peserta enggan untuk kembali ke kampung halaman mereka.
“Maaf,
Bapak-bapak. Kenapa kalian tidak mau ikut bersama kami? Apakah kalian
tidak rindu pada kampung halaman?” tanya sesepuh itu kepada mereka.
“Maaf,
Tuan Sesepuh. Sebenarnya kami pun sangat rindu pada kampung halaman.
Tapi, kami sudah merasa betah dan nyaman tinggal di pulau ini. Tempat
ini sudah seperti kampung halaman sendiri. Lagi pula, siapa yang akan
menjaga hewan ternak dan ladang-ladang jika semuanya ikut kembali ke
kampung halaman?” jawab salah seorang peserta musyawarah.
“Benar Tuan Sesepuh, anak dan cucu kami pun merasa senang tinggal di pulau ini,” imbuh seorang peserta musyawarah lainnya.
“Baiklah,
kalau begitu. Bagi yang ingin tetap tinggal di sini, ku harap kalian
tetap merawat baik-baik tempat ini. Bagi yang ingin pulang ke kampung
halaman harap segera mempersiapkan segala sesuatunya,” ujar sesepuh itu.
Para
warga yang berkeinginan kembali ke kampung halaman segera mengadakan
persiapan seperlunya. Mereka akhirnya berangkat menuju Kampung Nagur.
Setelah berhari-hari menempuh perjalanan, mereka akhirnya tiba di
Kampung Nagur. Saat tiba kampung halaman, beberapa warga terlihat
menangis. Mereka teringat pada peristiwa yang menimpa kampung mereka
dahulu. Rumah-rumah mereka telah tiada. Hanya tumbuhan semak-belukar dan
pepohonan yang terlihat tumbuh dengan subur.
“Sima-sima nalungun,” kata mereka.
Sejak itulah Kampung Nagur berubah nama menjadi Sima-sima Nalungun, yang berarti daerah sunyi sepi. Lama-kelamaan, orang-orang menyebutnya Simalungun. Hingga saat ini, kata Simalungun tetap dipakai untuk menyebut nama sebuah Kabupaten di Provinsi Sumatra Utara.
* * *
Asal Mula Nama Simalungun
Sumatra Utara - Indonesia
Rating : 2.6 (42 pemilih)
Simalungun
adalah nama salah satu kabupaten di wilayah Provinsi Sumatra Utara.
Dulu, sebelum bernama Simalungun, daerah ini dikenal dengan nama Kampung
Nagur. Namun karena sebuah peristiwa, daerah tersebut kemudian dinamai
Simalungun. Peristiwa apakah yang menyebabkan perubahan nama itu? Simak
kisahnya dalam cerita Asal Mula Nama Simalungun berikut ini!
* * *
Dahulu,
di wilayah Kampung Nagur, Sumatra Utara, terdapat sebuah kerajaan kecil
bernama Kerajaan Tanah Djawo. Kerajaan suku Batak yang bermarga Sinaga
ini dipimpin oleh seorang raja yang adil dan bijaksana. Dalam
menjalankan tugas pemerintahan, sang Raja didampingi oleh sejumlah
hulubalang yang tangguh dan setia sehingga kerajaan ini aman dan
tenteram.
Sementara
itu, di luar wilayah Nagur, terdapat pula dua kerajaan suku Batak yang
berlainan marga, yaitu Kerajaan Silou dari marga Purba Tambak dan
Kerajaan Raya dari marga Saragih Garingging. Meskipun berlainan marga,
kedua kerajaan ini menjalin hubungan persahabatan dengan Kerajaan Nagur.
Rakyat mereka pun senantiasa hidup rukun dan makmur. Kemakmuran ketiga
kerajaan kecil itu ternyata menarik perhatian kerajaan-kerajaan lain
untuk menguasainya.
Suatu
hari, tersiar kabar bahwa Kerajaan Majapahit dari tanah Jawa akan
datang menyerang Kerajaan Tanah Djawo. Mendengar kabar tersebut, Raja
Tanah Djawo segera meminta bantuan kepada Kerajaan Silou dan Kerajaan
Raya. Kedua kerajaan itu pun menyatakan kesediaan untuk membantu
Kerajaan Tanah Djawo dalam menangkal serangan dari Kerajaan Majapahit.
Bantuan
yang diberikan oleh Kerajaan Silou dan Kerajaan Raya ternyata sanggup
menangkal bahkan mengusir pasukan Majapahit dari wilayah Nagur. Hal yang
sama terjadi ketika Kerajaan Silou mendapat serangan dari Kerajaan
Aceh. Kedua kerajaan ini, Kerajaan Tanah Djawo dan Kerajaan Raya,
membantu Kerajaan Silou hingga akhirnya selamat dari ancaman bahaya.
Suatu
ketika, ribuan tentara yang tidak diketahui asalnya datang menyerang
ketiga kerajaan tersebut secara bergantian. Pertama-tama, mereka
Kerajaan Tanah Djawo, lalu Kerajaan Silou, dan terakhir Kerajaan Raya.
Meskipun sudah saling membantu, ketiga kerajaan tersebut akhirnya takluk
juga. Serangan itu membuat masing-masing raja terpaksa menyelamatkan
diri. Hal yang sama terjadi pula para rakyat yang lari tunggang-langgang
menghindari sergapan musuh. Mereka meninggalkan wilayah itu secara
berkelompok. Selama masa pelarian, mereka harus berpindah-pindah tempat
untuk menghindari kejaran musuh.
Nasib
para pengungsi tersebut sangat menderita. Mereka dilanda kelaparan dan
terserang berbagai macam penyakit. Untuk bertahan hidup, setiap kelompok
pengungsi mencari tempat tinggal masing-masing yang dirasa aman.
Sekelompok pengungsi dari Kampung Nagur kemudian menemukan tanah Sahili
Misir yang kini dikenal pulau Samosir, yaitu sebuah pulau yang terletak
di tengah-tengah Danau Toba. Di sanalah mereka menetap dan membuka
perladangan untuk bercocok tanam.
Setelah
sekian lama menetap di pulau itu, hidup mereka pun mulai tertata.
Bahkan, mereka telah memiliki anak cucu. Suatu ketika, mereka merasa
rindu untuk kembali ke kampung halaman di Kampung Nagur. Mereka akhirnya
mengadakan musyawarah.
“Siapa di antara kalian yang ingin kembali ke Kampung Nagur?” tanya seorang sesepuh selaku pemimpin musyawarah.
Mendengar pertanyaan itu, sebagian dari peserta enggan untuk kembali ke kampung halaman mereka.
“Maaf,
Bapak-bapak. Kenapa kalian tidak mau ikut bersama kami? Apakah kalian
tidak rindu pada kampung halaman?” tanya sesepuh itu kepada mereka.
“Maaf,
Tuan Sesepuh. Sebenarnya kami pun sangat rindu pada kampung halaman.
Tapi, kami sudah merasa betah dan nyaman tinggal di pulau ini. Tempat
ini sudah seperti kampung halaman sendiri. Lagi pula, siapa yang akan
menjaga hewan ternak dan ladang-ladang jika semuanya ikut kembali ke
kampung halaman?” jawab salah seorang peserta musyawarah.
“Benar Tuan Sesepuh, anak dan cucu kami pun merasa senang tinggal di pulau ini,” imbuh seorang peserta musyawarah lainnya.
“Baiklah,
kalau begitu. Bagi yang ingin tetap tinggal di sini, ku harap kalian
tetap merawat baik-baik tempat ini. Bagi yang ingin pulang ke kampung
halaman harap segera mempersiapkan segala sesuatunya,” ujar sesepuh itu.
Para
warga yang berkeinginan kembali ke kampung halaman segera mengadakan
persiapan seperlunya. Mereka akhirnya berangkat menuju Kampung Nagur.
Setelah berhari-hari menempuh perjalanan, mereka akhirnya tiba di
Kampung Nagur. Saat tiba kampung halaman, beberapa warga terlihat
menangis. Mereka teringat pada peristiwa yang menimpa kampung mereka
dahulu. Rumah-rumah mereka telah tiada. Hanya tumbuhan semak-belukar dan
pepohonan yang terlihat tumbuh dengan subur.
“Sima-sima nalungun,” kata mereka.
Sejak itulah Kampung Nagur berubah nama menjadi Sima-sima Nalungun, yang berarti daerah sunyi sepi. Lama-kelamaan, orang-orang menyebutnya Simalungun. Hingga saat ini, kata Simalungun tetap dipakai untuk menyebut nama sebuah Kabupaten di Provinsi Sumatra Utara.
* * *
Betfair Casino and Resort Map | $25 Free Chip on Any Game
BalasHapusFind 강원도 출장안마 the closest casinos to Betfair Casino and Resort in Washington State. Find 용인 출장마사지 your next 춘천 출장샵 big deal using 부천 출장마사지 our map. 서울특별 출장샵